Serang | mediaantikorupsi.com – Keadaan mengenaskan di Jalan Provinsi Cikande Asem Carenang, yang menghubungkan Desa Koper, Desa Songgom, dan Desa Paringi di Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, akhirnya memuncak pada aksi protes kreatif warga. Rabu pagi, warga lintas desa berkumpul untuk melakukan aksi tabur ikan lele di genangan air yang telah lama menjadi keluhan mereka. Genangan yang dibiarkan selama 17 bulan tanpa solusi dari pemerintah kini menjadi simbol kemarahan dan keputusasaan masyarakat.
Genangan Air yang Diabaikan Pemerintah
Menurut warga, genangan air ini telah berlangsung sejak satu tahun lima bulan lalu, membuat akses transportasi lumpuh terutama saat musim hujan. Hal ini diperparah oleh tidak adanya saluran pembuangan air yang memadai, sehingga kendaraan roda dua kerap mogok. “Air tambah tinggi kalau hujan turun, kendaraan jadi sulit melintas. Kami lelah menunggu janji pemerintah yang tidak kunjung terealisasi,” ungkap Jahrul Mutaqqin, salah satu tokoh masyarakat yang memimpin aksi tersebut.
Dampak Buruk bagi Warga
Halimah, anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Koper, menyebutkan bahwa jalan ini adalah jalur strategis yang menghubungkan antarprovinsi. Namun, alih-alih menjadi kebanggaan, jalan ini justru menjadi mimpi buruk bagi pengguna jalan, termasuk anak-anak sekolah, pedagang, dan karyawan. “Anak sekolah sering terlambat, guru dan pedagang mengeluh, tukang ojek sering mogok karena banjir. Kondisi ini sangat memprihatinkan,” ujar Halimah dengan nada geram.
Kritik Terhadap Industrialisasi yang Tidak Bertanggung Jawab
Samsudin, seorang tukang ojek pangkalan yang telah 10 tahun mencari nafkah di lokasi tersebut, menyampaikan bahwa masalah ini baru muncul setelah adanya pabrik baja dan gudang besi di sekitar area. “Dulu tidak pernah banjir seperti ini. Setelah ada pabrik dan gudang, air tidak mengalir lagi karena tidak dibuatkan saluran pembuangan yang benar. Malah, gorong-gorong dari dalam gudang membuang air ke jalan,” jelasnya.
Tantangan untuk Pemerintah
Aksi tabur ikan lele ini bukan sekadar bentuk humor hitam, tetapi juga pesan mendalam bagi pemerintah. Warga ingin menunjukkan bahwa jalan provinsi yang seharusnya menjadi sarana mobilitas justru telah berubah menjadi kolam ikan. Ini adalah sindiran tajam terhadap pemerintah daerah dan provinsi yang seolah menutup mata terhadap penderitaan warganya.
Apakah harus ada lebih banyak aksi seperti ini agar pemerintah mau mendengar? Ataukah pemerintah akan terus berlindung di balik janji-janji kosong? Jalan ini adalah wajah dari ketidakadilan dan ketidakpedulian terhadap hak dasar warga untuk akses jalan yang layak.
Harapan Warga
Masyarakat berharap aksi ini dapat menggugah hati pemerintah untuk segera turun tangan. Perbaikan jalan, pembangunan saluran pembuangan, dan pengawasan terhadap dampak industri harus menjadi prioritas utama. “Kami hanya ingin hidup layak dan akses jalan yang normal. Apakah itu terlalu sulit bagi pemerintah?” tanya Jahrul dengan nada penuh kecewa.
Kini, semua mata tertuju pada pemerintah daerah dan provinsi. Apakah mereka akan segera bertindak, atau hanya membiarkan suara warga tenggelam bersama genangan air di Jalan Provinsi Cikande? Warga menanti aksi nyata, bukan sekadar janji di atas kertas,seruan warga.(RS)