Indramayu | mediaantikorupsi.com – Belasan siswa kelas 12 SMK Negeri 1 Sindang Kabupaten Indramayu harus mengubur mimpi untuk bisa masuk ke Perguruan Tinggi (PT) negeri favorit lewat jalur prestasi.
Kondisinya disebabkan adanya kelalaian dari pihak sekolah yang tidak melakukan update sistem untuk mendaftarkan siswanya melalui jalur prestasi itu.
Hal itu diungkapkan oleh Siska Kartika, salah satu orang tua murid. Siska menyebut, gagalnya para siswa berprestasi mendaftar ke PT negeri lewat jalur pertama (prestasi) itu karena adanya kelalaian guru BK (Bimbingan dan Konseling) di sekolah tersebut.
Sekadar informasi, penerimaan mahasiswa baru untuk tahun 2024 telah dibuka okeh Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB).
Ada tiga jalur untuk SNPMB yakni jalur prestasi lewat program Eligible (siswa berprestasi) dengan jalur undangan, tes tertulis dan terakhir jalur mandiri.
“Sekarang belasan siswa, termasuk anak saya tidak bisa masuk lewat jalur prestasi padahal mereka anak-anak pintar. Semua karena kelalaian para guru BK,” jelas Siska, Senin, 19 Februari 2024.
Menanggapi keluhan itu, satu dari empat guru BK SMKN 1 Sindang, Mohamad Rifky Anugrah Pratama menampik tudingan bahwa pihaknya yang salah. Ia menyatakan semua tahapan untuk SNPMB jalur prestasi sudah dilakukan sesuai tahapan dan prosedur yang ada d sistem.
Ia menambahkan, finalisasi data seluruh siswa yang mendaftar telah dilakukan pada batas akhir di tanggal 9 Februari 2024. Hal itu ditandai dengan balasan saat input dan update data siswa pada sistem.
“Pada tanggal 9 Februari sistem menjawab telah dilakukan finalisasi dan ditandai dengan adanya cheklis jawaban pada sistem. Jadi kami, para guru BK yakin kalau anak-anak sudah terdaftar dalam sistem,” sergah dia.
Meski begitu, Rifky mengakui gagalnya belasan siswa masuk ke SNPMB lewat jalur undangan (prestasi) itu diduga terjadi karena adanya notifikasi pada sistem yang tidak terpantau seluruh guru BK.
Notifikasi (balasan) pada sistem muncul sehari setelah tanggal 9 Februari 2024, batas akhir pendaftaran.
“Karena hari libur maka di tanggal 9 dan 10 Februari kami akui tidak memantau sistem. Tapi bukan berarti kami lalai, sebab kami selalu berkomunikasi dengan guru BK, siswa serta orang tua. Kami ada grup dan sudah kami jelaskan semuanya,” tandas dia.
Perihal kegagalan itu, lanjut Rifky, terungkap setelah adanya beberapa siswa yang melaporkan tidak dapat membuka akun pendaftaran. Dan setelah ditelusuri, ternyata sistem telah menyatakan bahwa finalisasi telah dilaksanakan pada batas akhir, namun tidak terupdate karena tidak dimonitor oleh para guru BK. (Qdr/Tim)