Indramayu | mediaantikorupsi.com – Hilir mudik kapal besar menuju tempat pelelangan ikan (TPI) Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu ternyata tidak selalu lancar. Kapal penakluk lautan Arafuru itu justru sering tersangkut akibat sedimentasi muara.
Akibat sedimentasi itu, tak jarang kapal harus membongkar muatan di bibir muara sungai Prajagumiwang yang menjadi satu-satunya pintu masuk menuju TPI Karangsong. Karena, jika dipaksakan bagian dasar kapal bisa rusak akibat goresan pasir yang mengendap.
Bendahara Tongkang dan Doking KPL Mina Sumitra, Amsori menjelaskan bahwa sedimentasi itu mulai sering terjadi setelah breakwater di sekitar muara mulai amblas. Sehingga, ketika air laut mudah masuk ke muara sungai.
“Karena kendala breakwaternya sendiri rendah dan kalau misalkan air rob kecil aja udah tenggelam,” kata Amsori kepada detikJabar, Kamis (23/11/2023).
“Jadi walaupun kita ngerjain satu minggu, kena ombak satu hari, airnya masuk semua bawa pasir dangkal lagi,” imbuhnya.
Apalagi lanjut Amsori, pendangkalan sungai semakin lebih cepat ketika musim timur. Dimana air laut lebih sering masuk ke muara yang mengakibatkan pasir lebih cepat menumpuk di muara. Bahkan, pihaknya mengaku selama kurun waktu 3 sampai 4 bulan di musim timur, sulit mengatasi endapan pasir di muara.
“Pendangkalan lebih cepat apalagi musim timur. Kalau musim barat kita agak mendingan istilahnya gak nerawang ombak lah. Kalau musim timur ya udah gak bisa dikerjain juga karena kita takut kalau tongkangnya kelebihan muatan takut tenggelam juga,” jelasnya.
Meski begitu, KPL Mina Sumitra selalu berupaya melakukan pengerukan sungai. Dalam sehari pengerukan bisa dilakukan delapan kali bolak-balik dari muara hingga TPI.
“Kerjanya gak kenal waktu, udah full. Kalau siang gak ada tarikan atau geredan kapal full buat memperdalam muara dan alur sungai,” ungkapnya.
Dari kalkulasinya, biaya untuk mengatasi sedimentasi itu bisa mencapai satu miliar lebih dalam setahun. Sehingga, pihaknya selalu berupaya agar bisa mendapatkan bantuan terutama penanganan breakwater agar meminimalisir percepatan sedimentasi.
“Untuk per satu tahun kita mengeluarkan biaya operasional buat gaji pegawai dan lainnya itu sekitar Rp 1,3 M. Itu berdasarkan diambil dari iuran semua kapal yang masuk dan membongkar di TPI,” katanya.
Ia mengklaim jika infrastruktur di Karangsong lebih baik bisa dipastikan akan menambah jumlah kapal yang ingin membongkar muatan di Karangsong. (Qdr-Tim)